Jumat, 13 September 2013

BUDAYA POLITIK



1)    Rumuskan kembali pemahaman tentang tipe-tipe budaya politik berdasarkan sikap yang ditunjukan maupun orientasi politiknya !?
2)    Berikan alasan, mengapa dalam kehidupan masyarakat muncul budaya politik yang memiliki sikap mental absolut !?
3)    Berikan alasan, mengapa dalam kehidupan masyarakat ada sebagian yang memiliki budaya politik parokial !?
4)    Jelaskan dengan alasan, bagaimana dalam kenyataan di masyarakat terdapat budaya politik campuran parokial-partisipasi !?
5) Berikan Penjelasan Singkat Perbedaan Pokok Model-model kebudayaan antara demokratik industrial dengan demokratik pra-industrial !?



1.Tipe-tipe Budaya Politik
           
A.   Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan
Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks, menuntut kerja sama yang luas untuk memper­padukan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”toleransi”.

1.Budaya Politik Militan
Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi.

2.Budaya Politik Toleransi
Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan curiga terhadap orang.



B.     Berdasarkan Orientasi Politiknya
1.      Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah).
2.  Budaya politik kaula (subyek political culture), yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif.
3.   Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.





2.   Karena Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlainan (bertentangan). Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru.




3.   Karena Budaya Politik parokial merupakan tipe budaya politik yang paling rendah, yang didalamnya masyarakat bahkan tidak merasakan bahwa mereka adalah warga negara dari suatu negara, mereka lebih mengidentifikasikan dirinya pada perasaan lokalitas. Tidak terdapat kebanggaan terhadap sistem politik tersebut. Mereka tidak memiliki perhatian terhadap apa yang terjadi dalam sistem politik, pengetahuannya sedikit tentang sistem politik, dan jarang membicarakan masalah-masalah politik.
Budaya politik ini juga mengindikasikan bahwa masyarakatnya tidak memiliki minat maupun kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik. Perasaan kompetensi politik dan keberdayaan politik otomatis tidak muncul, ketika berhadapan dengan institusi-institusi politik.




4.   Karena Budaya politik ini banyak didapati di negara-negara berkembang. Pada tatanan ini terlihat Negara-negara tersebut sedang giat melakukan pembangunan kebudayaan. Norma-norma yang biasanya diperkenalkan bersifat partisipatif, yang berusaha meraih keselarasan dan keseimbangan sehingga tentu mereka lebih banyak menuntut kultur partisipan.
Persoalannya ialah bagaimana dalam kondisi masyarakat yang sedang berkembang tersebut dapat dikembangkan orientasi terhadap masukan dan keluaran secara simultan. Pada kondisi ini sistem politik biasanya diliputi oleh transformasi parokial, satu pihak cenderung kearah otoritarianisme, sedangkan pihak lain kearah demokrasi. Struktur untuk bersandar tidak dapat terdiri atas kepentingan masyarakat, bahkan infrastrukturnya tidak berakar pada warga negara yang kompeten dan bertanggung jawab.




5. Demokratik Industrial Demokratik Pra- Industrial : Sistem ini memiliki cukup banyak aktivis politik untuk menjamin adanya kompetisi- kompetisi antar Partai Politik dan pemberian suara yang cukup besar. Dalam sistem ini jumlah industri dan gerakan modernis amat kecil meskipun terdapat organisasi politik dan partisipan, keterlibatannya dalam pemerintahanpun hanya sedikit. Dari keterangan di atas kita dapat menyimpulkann bahwa model kebudayaan Demokratik Industrial identik dengan budaya politik partisipan dimana tingkat partisipasi atau kesadaran masyarakat yang tinggi, sedangkan model kebudayaan Demokratik Pra- industrial identik dengan budaya politik parokial dimana partisipasi masyarakatnya dalam pemerintahan yang sangat kecil.